Istilah fast fashion mungkin belum begitu familiar, meskipun akhir-akhir ini banyak dibahas karena dianggap memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Secara garis besar fast fashion yaitu istilah untuk menggambarkan industri tekstil dan fashion yang mengeluarkan berbagai macam produk dalam waktu singkat.
Dari gambaran sekilas tersebut bisa dilihat jumlah produksi yang dihasilkan oleh industri fashion begitu banyak dengan beragam model silih berganti dalam waktu yang singkat. Hal inilah yang kemudian dianggap sebagai salah satu faktor yang turut menyumbang terjadinya kerusakan lingkungan.
Pengertian Fast Fashion
Sebelumnya telah sedikit disinggung tentang apa itu fast fashion dan mengapa dianggap memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Hal ini tidak terlepas dari pengertian fast fashion sendiri yang merujuk pada konsep industri fashion dengan jumlah produksi besar dan cepat untuk kebutuhan pasar.
Fast fashion juga sering dihubungkan dengan gaya hidup konsumtif karena harganya yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan karya desainer. Meskipun harganya terjangkau, namun modelnya selalu mengikuti tren sehingga banyak dilirik untuk menunjang penampilan.
Inilah yang kemudian mendorong banyak orang untuk berbelanja dan cenderung konsumtif dalam membeli pakaian. Industri fast fashion sendiri mampu menghasilkan produk fashion hingga 42 model dalam 1 tahun sehingga dari segi modelnya bisa sangat beragam dan banyak pilihan.
Kondisi ini sangat sesuai dengan konsep fast fashion itu sendiri. Karena fokus fast fashion adalah menghasilkan produk dalam waktu cepat dengan biaya rendah namun bisa memenuhi permintaan konsumen yang dinamis. Karena konsumen ingin mode fashion terbaru dengan harga yang terjangkau.
Sejarah Fast Fashion
Sejarah fast fashion bisa dilihat dari perkembangan industri fashion. Diketahui sebelum tahun 1800-an, perkembangan fashion terbilang lambat dan tidak sedinamis saat ini. Apalagi untuk bahan baku pembuatannya sendiri masih cukup sulit untuk ditemukan.
Namun sejak ditemukannya mesin jahit, produk pakaian jadi semakin mudah didapatkan karena proses pembuatannya yang lebih cepat. Hingga pada tahun 1960-an banyak desainer yang menciptakan tren fashion sebagai salah satu bentuk ekspresi diri.
Tren ini rupanya semakin berkembang, hingga di tahun 1980-an banyak brand fashion yang bermunculan dan mengambil alih tren fashion dengan produksi pakaian dalam waktu singkat dan harga murah. Dalam perkembangannya, fast fashion juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.
Memang tidak dipungkiri bahwa produksi pakaian dalam jumlah banyak dan harga murah menjadi daya tarik tersendiri, karena bisa menjangkau semua kalangan fast fashion market. Meski begitu, dampak buruk dari fast fashion tetap harus diperhatikan karena biasanya produk tersebut tidak bertahan lama.
Ciri-Ciri Fast Fashion
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa pada fast fashion ini produksi dilakukan secara cepat dengan harga yang relatif murah. Adapun ciri-ciri fast fashion adalah:
- Produk pada fast fashion selalu mengikuti tren terbaru dengan banyak model.
- Model dan desain fashion selalu berubah dalam waktu yang singkat.
- Diproduksi di wilayah negara Asia dan negara berkembang lainnya dengan upah pekerja yang rendah.
- Penggunaan bahan baku yang kurang berkualitas atau murah sehingga produk yang dihasilkan cenderung tidak awet.
Dampak Fast Fashion
Dari ketersediaan produk fashion yang cukup banyak dengan banyak model sesuai tren terbaru dan harga murah, fast fashion bisa menjangkau semua kalangan. Meski begitu ada dampak serius lainnya yang harus diperhatikan. Adapun dampak fast fashion adalah:
1. Mendorong Gaya Hidup Konsumtif
Produksi pakaian dalam jumlah yang banyak dan harga murah telah berhasil mendorong terciptanya gaya hidup konsumtif di masyarakat. Pasalnya harga yang ditawarkan memang jauh lebih murah dari keluaran desainer serta modelnya sangat beragam sesuai tren saat ini.
Hal ini memang menjadi salah satu fokus dalam industri tekstil. Karena sebisa mungkin memproduksi pakaian dalam jumlah banyak sebagai upaya untuk memenuhi permintaan pasar. Perubahan model yang begitu dinamis menjadi celah untuk meraih keuntungan.
2. Berdampak Buruk pada Lingkungan
Keberadaan industri fast fashion sendiri sering dianggap sebagai penyumbang limbah terbesar. Mengapa bisa demikian? Hal ini tidak terlepas dari penggunaan bahan pewarna tekstil yang notabene merupakan zat kimia beracun.
Pencemaran Air dan Tanah
Dengan zat kimia tersebut, tidak heran jika proses pencelupan kain pada industri tekstil disebut-sebut sebagai sumber pencemaran air terbesar kedua setelah pertanian. Demikian juga dengan penggunaan bahan dasar yang murah seperti polyester.
Polyester sendiri merupakan jenis kain yang sangat populer di industri tekstil karena banyak digunakan untuk produksi pakaian. Namun sayangnya, polyester yang dicuci akan melepaskan microfiber.
Zat microfiber tersebut tidak dapat terurai secara alami sehingga mencemari tanah dan juga air. Jika kondisi ini berlangsung terus menerus, maka akan menjadi ancaman yang cukup serius bagi kehidupan manusia.
Pencemaran Udara
Sebuah penelitian yang dilakukan Ellen MacArthur Foundation menunjukkan bahwa industri fashion telah menghasilkan emisi gas yang jauh lebih merusak iklim jika dibandingkan industri penerbangan dan pelayaran yang digabungkan menjadi satu.
Kondisi ini tidak terlepas dari jumlah produksi pakaian yang meningkat hingga 2 kali lipat sejak tahun 2000. Dengan produksi yang meningkat, otomatis kebutuhan distribusi dan transportasi juga meningkat agar bisa menjangkau seluruh dunia.
3. Mendorong Fenomena “Throw Away Clothes Culture”
Fast fashion artinya memproduksi pakaian dalam jumlah banyak dalam waktu cepat dan harga murah. Harga murah serta tren yang cepat berubah rupanya memunculkan fenomena tersendiri di kalangan masyarakat.
Karena ada kecenderungan untuk menyingkirkan pakaian lama demi bisa mengikuti tren terbaru. Dengan kata lain, jangka waktu untuk menyimpan pakaian semakin singkat dan hanya akan berakhir di tempat pembuangan sampah.
Sebagai gambaran, di Amerika Serikat pada tahun 2010 telah menghasilkan limbah pakaian sebanyak 11 juta ton. Sementara di Australia setiap orang setidaknya telah membuang 23 kg pakaian per tahun dari 27 kg pakaian yang dibeli.
Kain yang sulit terurai dan membusuk akan menghasilkan gas metana sehingga berdampak cukup besar pada pemanasan global. Bahkan data di tahun 2017 menunjukkan bahwa lebih dari 50% pakaian fast fashion dibuang hanya dalam jangka waktu 1 tahun setelah produksi.
4. Upah Pekerja Rendah
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, salah satu ciri dari fast fashion adalah minimnya upah pekerja dalam industri tekstil. Minimnya upah pekerja inilah yang membuat harga pakaian menjadi cukup murah selain tentunya kualitas bahan bakunya yang juga kurang bagus.
Solusi Dampak Buruk Fast Fashion
Keprihatinan akan dampak buruk dari fast fashion ini rupanya telah menarik perhatian banyak kalangan sehingga muncul tren fashion yang dikenal dengan istilah slow fashion. Ya, slow fashion adalah kebalikan dari fast fashion. Konsep ini lebih menekankan kualitas produk sehingga tahan lama.
Istilah ini mulai dikenalkan oleh Kate Fletcher. Dan sejak tahun 2017 mulai mengajak brand fashion dunia untuk mengedepankan konsep daur ulang dan produk yang ramah lingkungan serta reusing atau menggunakan kembali item fashion. Dengan cara ini diharapkan lingkungan akan lebih terjaga.
Fast fashion adalah sistem produksi massal yang diterapkan industri tekstil untuk menghasilkan beragam produk fashion dalam waktu singkat. Meskipun membuat tren fashion semakin dinamis, namun disisi lain diperlukan solusi tersendiri untuk mengatasi dampak buruknya bagi kehidupan.
Would you like to share your thoughts?